Rabu, 07 Maret 2012

Dialog Iblis dengan Rasulullah SAW (20 rahasia Iblis laknatullah)




Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia. 
Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras." 
Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu. 
Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah saw. Maka sambut Iblis (alaihi laknat), 
"Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?" Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu. 
Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?" 
Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya." 
Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu." 
Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku. 
Pertanyaan Nabi (1):
"Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?" 
Jawab Iblis:
"Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini." 
Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah.

Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku." 
Pertanyaan Nabi (2):
"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?" 
Jawab Iblis:
"Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. 
Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. 
Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat."

Pertanyaan Nabi (3):
"Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?" 
Jawab Iblis:
"Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya. 
Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka. 
Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat. 
Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain aripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut."

Pertanyaan Nabi (4):
"Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?" 

Jawab Iblis:
"Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku"

Pertanyaan Nabi (5):
"Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?" 
Jawab Iblis:
"Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. 
Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman." 
Pertanyaan Nabi (6):
"Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?" 
Jawab Iblis:
"Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya." 
Pertanyaan Nabi (7):
"Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?" 
Jawab Iblis:
"Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."


Pertanyaan Nabi (8):
"Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?" 
Jawab Iblis:
"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa." 
Pertanyaan Nabi (9):
"Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?"
Jawab Iblis:
"Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk." 
Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu. 
Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'. 
Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid." 
Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya."



Pertanyaan Nabi (10):
"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"

Jawab Iblis:
"Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat." Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat. 
Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur." 
Pertanyaan Nabi (11):
"Siapa yang serupa dengan engkau?" 
Jawab Iblis:
"Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam."

Pertanyaan Nabi (12):
"Siapa yang mencahayakan muka engkau?"

Jawab Iblis:
"Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji." 

Pertanyaan Nabi (13):
"Apakah rahasia engkau kepada umatku?" 

Jawab Iblis:
"Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari."


Pertanyaan Nabi (14):
"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"

Jawab Iblis:
"Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang."

Pertanyaan Nabi (15):
"Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?" 

Jawab Iblis:
"Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya." 

Pertanyaan Nabi (16):
"Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?"

Jawab Iblis:
Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."

Pertanyaan Nabi (17):
"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"

Jawab Iblis:
"Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat."


Pertanyaan Nabi (18):
"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"

Jawab Iblis:
"Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam." 

Pertanyaan Nabi (19):
"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis:
"Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya" 

Pertanyaan Nabi (20):
"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?" 

Jawab Iblis:
"Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'"

Kezuhudan Sebahagian Sahabat Rosulullah SAW


Kezuhudan Abu Bakar
Ahmad mengeluarkan dari Aisyah r.ha, dia berkata, "Abu Bakar meninggal dunia tanpa meninggalkan satu dinar maupun satu dirham pun. Sebelum itu dia masih memilikinya, namun kemudian dia mengambilnya dan menyerahkannya ke Baitul-mal." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 3/132.

Kezuhudan Umar bin Al-Khaththab
Ahmad mengeluarkan di dalam Az-Zuhud, Ibnu Jarir dan Abu Nu'aim dari Al-Hasan, dia berkata, "Ketika Umar bin Al-Khaththab sudah menjadi khalifah, di kain mantelnya ada dua belas tambalan. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 4/405.

Kezuhudan Utsman bin Affan
Abu Nu'aiin mengeluarkan di dalam Al-Hilyah, 1/60, dari Abdul-Malik bin Syaddad, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan berkhutbab di atas mimbar pada hari Jum'at, sambil mengenakan kain mantel yang tebal (kasar), harganya berkisar empat atau lima dirham. Kain ikat kepalanya juga ada yang robek. Diriwayatkan dari Al-Hasan, dia berkata, "Aku pernah melihat Utsman bin Affan yang datang ke masjid dalam keadaan seperti itu, pada saat dia sudah menjadi khalifah." Ahmad mengeluarkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/116.

Kezuhudan Ali Bin Abu Thalib
Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin Ruzain, dia berkata, "Aku pernah masuk ke rumah Ali bin Abu Thalib pada hari Idul-Adhha. Dia menyuguhkan daging angsa kepadaku. Aku berkata, "Semoga Allah mlimpahkan kebaikan kepadamu. Karena engkau bisa menyuguhkan makanan ini, berarti Allah memang telah melimpahkan kebaikan kepadamu, " Dia berkata, "Wahai Ibnu Ruzain, aku pernah mendengar Rasuluilah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Tidak diperkenankan harta Allah bagi seorang khalifah kecuali sebanyak dua takaran saja, satu takaran yang dia makan bersama keluarganya, dan satu takaran lagi yang harus dia berikan kepada orang-orang." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 8/3.

Kezuhudan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
Abu Nu'airn mengeluarkan dari Abu Ma'mar, bahwa tatkala Umar mengadakan lawatan ke Syam, maka disambut para pemuka dan pemimpin masyarakat di sana. "Mana saudaraku?" tanya Umar. "Siapa yang engkau maksudkan?' tanya orang-orang. "Abu Ubaidah. " "Sekarang dia baru menuju ke sini. Ketika Abu Ubaidah sudah tiba, Umar turun dari kendaraannya lalu memeluknya. Kemudian Umar masuk ke rumah Abu Ubaidah dan tidak melihat perkakas apa pun kecuali pedang, perisai dan kudanya. Ahmad mengeluarkan hadits yang serupa seperti yang disebutkan di dalam Shifatush-Shafwah, 1/143. Ibnul-Mubarak juga meriwayatkannya di dalam Az-Zuhd, dari jalan Ma'mar, serupa dengan ini, seperti yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 2/253.

Kezuhudan Mush'ab bin Umair
Al-Bukhary mengeluarkan di dalam Shahih-nya, dari Hibban, bahwa Mush'ab bin Umair meninggal dan hanya meninggalkan selembar kain. Jika orang-orang menutupkan kain itu ke kepalanya, maka kedua kakinya menyembul, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya, maka kepalanya yang menyembul. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "tutupkan dedaunan ke bagian kakinya." Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 3/421.

Kezuhudan Salman Al-Farisy
Abu Nu'aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah melihat Salman Al-Farisy ra. menolak makanan yang disuguhkan kepadanya, lalu dia berkata, "Tidak, tldak. Karena aku pemah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
'Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin dan surga orang kafir'.
Di dalam Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.

Kezuhudan Abu Dzarr Al-Ghifary
Ahmad mengeluarkan dari Abu Asma', bahwa dia pernah masuk ke rumah Abu Dzarr di Rabadzah. Dia mempunyai seorang istri berkulit hitam yang sama sekali tidak memakai hiasan macam apa pun dan tidak pula mengenakan minyak wangi. Abu Dzarr berkata, "Apakah kalian tidak rnelihat apa yang disuruh para wanita berkulit hitam ini? Mereka menyuruhku unluk pergi ke Irak. Namun ketika kami tiba di Irak, mereka justru lebih senang kepada dunia. Padahal kekasihku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) memberitahukan kepadaku bahwa di atas jembatan neraka ada rintangan dan halangannya. Kita akan menyeberangi jembatan itu sambil membawa beban kita. Maka lebih baik bagiku untuk menyeberang dengan selamat tanpa mernbawa beban apa pun." Begitulah yang disebutkan di dalain At-Targhib Wat-Tarhib, 3/93. Ahmad juga meriwayatkannya dan rawi-rawinya shahih.

Kezuhudan Abud-Darda'
Ath-Thabrany mengeluarkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dia berkata, 'Dahulu sebelum Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi rasul, kami adalah para pedagang. Namun setelah beliau diutus sebagai rasul, aku ingin terjun kembali dalam perniagaan dan sekaligus rajin beribadah. Tapi nyatanya aku tidak bisa mantap dalam ibadah. Akhirnya kutinggalkan perniagaan dan mengkhususkan diri dalam ibadah.' Menurut Al-Haitsainy, 9/367, rijalnya shahih.

Kezuhudan Al-Lajlaj Al-Ghathafany
Ath-Thabrany mengeluarkan dengan isnad yang tidak diragukan, dari Al-Lajlaj Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Sejak aku masuk Islam di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, aku tidak pernah makan dan minum kecuali sekedar secukupnya." Begitulah yang disebutkan di dalarn At-Targhib, 31423. Abul-Abbas As-Siraj di dalam Tarikh-nya dan Al-Khathib di dalam Al-Muttafaq, seperti yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 2/328.

Kezuhudan Abdullah bin Umar
Abul-Abbas As-Siraj mengeluarkan di dalam Tarikh-nya dengan sanad hasan, dari As-Sary, dia berkata, "Aku pernah melihat sekumpulan orang dari kalangan shahabat, bahwa tak seorang pun di antara mereka yang keadaannya senantiasa mirip dengan keadaan Rasuluilah Shallallahu Alaihi wa Sallam selain dari Ibnu Umar. "Abu Sa'id Al-Mraby mengeluarkan dengan sanad yang shahih, dari Jabir ra., dia berkata, 'Tidak ada seseorang di antara kami yang mendapatkan kekayaan dunia melainkan dia justru meninggalkannya selain dari Abdullah bin Umar.' Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Ishabah, 21347.

Detik Kewafatan Rasullullah SAW


Dari Ibnu Mas'ud ra bahwa ia berkata: Ketika ajal Rasulullah SAW sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aisyah ra. Kemudian baginda memandang kami sambil berlinangan air matanya, lalu bersabda:
"Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah." Allah berfirman: "Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerosakan di muka bumi. Dan kesudahan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa."
Kemudian kami bertanya: "Bilakah ajal baginda ya Rasulullah? Baginda menjawab: Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyi la' la." Kami bertanya lagi: "Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli bait. Kami bertanya: "Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?" Baginda menjawab: "Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah." Kami bertanya: "Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?" Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.
Kemudian baginda bersabda: "Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensolatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah anda dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula solat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua."
Semenjak hari itulah Rasulullah SAW bertambah sakitnya, yang ditanggungnya selama 18 hari, setiap hari ramai yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari Senin, di saat baginda menghembus nafas yang terakhir. Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah ra. selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah SAW, kemudian memberi salam: "Assalamualaikum ya Rasulullah?" Kemudian ia berkata lagi "Assolah yarhamukallah." Fatimah menjawab: "Rasulullah dalam keadaan sakit?" Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid, ketika bumi terang disinari matahari siang, Bilal datang lagi ke tempat Rasulullah, lalu ia berkata seperti perkataan yang tadi. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan menyuruh ia masuk. Setelah Bilal bin Rabah masuk, Rasulullah SAW bersabda: "Saya sekarang dalam keadaan sakit, Wahai Bilal, kamu perintahkan saja agar Abu Bakar menjadi imam dalam solat." Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangan di atas kepalanya sambil berkata: "Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?" Kemudian ia memasuki masjid dan berkata kepada Abu Bakar ra. agar beliau menjadi imam dalam solat tersebut. Ketika Abu Bakar ra. melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia pingsan.
Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi ribut sehingga terdengar oleh Rasulullah SAW. Baginda bertanya: "Wahai Fatimah, suara apakah yang ribut itu? Fatimah rha. menjawab: "Orang-orang menjadi ribut dan bingung kerana Rasulullah SAW tidak ada bersama mereka." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan ibnu Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda solat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda:
"Ya ma'aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini."
Malaikat Maut Datang Bertamu Pada hari esoknya, yaitu pada hari Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja. Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa.
Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: "Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!"
Fatimah rha berkata kepada tamunya itu: "Wahai Abdullah (Hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit." Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?" Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di muka pintu itu? Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil ayah, saya katakan kepadanya bahwa ayahanda dalam keadaan sakit. Kemudian ia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma." Rasulullah SAW bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?"Fatimah menjawab: "Tidak wahai baginda." Lalu Rasulullah SAW menjelaskan: "Wahai Fatimah, ia adalah pengusir kelazatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah dan yang meramaikan kubur."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan `Assalamualaika ya Rasulullah." Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?" Malaikat Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang. Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? "Saya tinggal ia di langit dunia?" Jawab Malaikat Maut.
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW.Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah." Seterusnya Rasulullah SAW bersabda: "Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab: "bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu." Baginda SAW bersabda: "Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: bahwa pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu." Baginda SAW bersabda lagi: "Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti." Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku.
Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?" Jibril as bertanya: "Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: "Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?" Jibril menjawab: "Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu." Maka berkatalah Rasulullah SAW: "Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku.
Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku?" Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW. Ali ra bertanya: "Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga. Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: "Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut." Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?" Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah SAW. Kesedihan Sahabat Berkata Anas ra: "Ketika aku melalui depan pintu rumah Aisyah ra aku dengar ia sedang menangis, sambil mengatakan: Wahai orang-orang yang tidak pernah memakai sutera. Wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum. Wahai orang yang telah memilih tikar dari singgahsana. Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam kerana takut Neraka Sa'ir."

Kamis, 09 Februari 2012

Syair Tanpa Usul / Tanpo Waton

Syair “TANPO WATON “

ا ستغفرالله رب البرايا * استغفرالله من الخطايا
رب زد ني علمانافعا * ووفقني عملا صالحا
يا رسول الله سلام عليك * يارفيع الشان و الدرج
عطفـة ياجيرة العالم * يااهيل الجود و الكرم
Ngawiti ingsun nglaras syi’iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan 2x

Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syareat bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro 2X

Akeh kang apal Quran Haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale 2X

Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare dunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto 2X

Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sa'pranatane
nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulyo matine 2X

Kang aran sholeh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma'rifate
Ugo haqiqot manjing rasane 2X

Al Quran Qodim wahyu minulyo
Tanpo tinulis iso diwoco
Iku wejangan gusu waskito
Den tancepake ing jero dodo 2X

Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu'jizat rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman 2X

Kelawan Alloh kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadlohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X

Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo nadjan pas-pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran 2X

Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podo rukun ojo dursilo
Iku sunnahe rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito 2X

Ayuh nglakoni sekabehane
Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senadjan asor toto dzohire
Ananging mulyo maqom drajate 2X

Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese 2X




يا رسول الله سلام عليك * يارفيع الشان و الدرج
عطفـة ياجيرة العالم * يااهيل الجود و الكرم
…..Al-faatihah….
Terjemahan Bahasa Indonesia kurang lebih seperti berikut :

Aku memulai menembangkan sya’ir
Dengan memuji kepada Tuhan
Yang member rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa perhitungan 2x

Wahai para sahabat pria dan wanita
jangan hanya belajar syari’at saja
Hanya pandai bicara,menulis dan membaca
Akhirnya hanya akan sengsara 2x

Banyak yang hafal Qur’an dan hadistnya
Suka mengkafirkan orang lain
Kekafirannya sendiri tak diperhatikan
Kalau masih kotor hati akalnya 2x

Mudah tertipu nafsu angkara
Dalam hiasan gemerlapnya dunia
Iri dan dengki kekayaan tetangga
Maka hatinya gelap dan nista 2x

Mari saudara jangan melupakan
Kewajiban mengaji lengkap dengan aturannya
Unutk menebalkan iman tauhidnya
Bagusnya bekal mulia matinya 2x

Yang disebut orang shaleh itu bagus hatinya
Karena sempurna seri keilmuannya
Melakukan thariqat dan ma’rifatnya
Juga hakekat meresap rasanya 2x

Al-qur’an qodhim wahyu yang mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu wejangan guru yang waskita
Ditancapkan ke dalam dada 2x

Tertempel di hati dan pikiran
Merasuk ke dalam badan dan tubuh
Mu’jizat rasul ( Al-qur’an ) jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman 2x

Kepada Allah yang Maha suci
Harus mendekatkan diri siang malam
Diusahakan dan dilatih
Dzikir dan suluk jangan dilupakan 2x

Hidupnya tentram dan merasa aman
Itulah perasaan tanda beriman
Sabar menerima meski pas-pasan
Semua yang ditakdirkan dari Tuhan 2x

Terhadap teman , saudara dan tetangga
Yang rukunlah jangan bertengkar
Itu sunnah Rasul yang mulia
Nabi Muhammad suri tauladan kita 2x

Mari jalani semuanya
Allah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun rendah secara lahiriah
Namun mulia kedudukan derajatnya disis Allah 2x

Ketika ajal telah datang di Akhir
Tidak tersasar roh dan sukmanya
Disanjung Allah surga tempatnya
Utuh jasadnya juga kain kafannya 2x

Rabu, 01 Februari 2012

Tarekat dan Tasawuf

TAREKAT DAN TASAWUF

Oleh : Bambang Dwi Atmoko
Tulisan ini kami ambil dari buku Kuliah Ilmu Tasawuf, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, Pondok Pesantren Suryalaya 2008. Yang ditulis oleh : Dr. H. Cecep Alba, MA dan Drs. H. Suhrowari, M.Ag. Semoga tulisan ini bermanfaat khusunya bagi mereka yang sedang mendalami Ilmu Tasawuf.
Tarekat dalam system ajaran Islam
Terekat merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Islam tanpa tarekat bukanlah Islam kaffah sebagai yang diajarkan Rasulullah saw. Islam kaffah adalam Islam yang terpadu di dalamnya aspek aqidah, syari’ah dan haqiqah. Dari aqidah lahir tauhid, dari syari’ah  lahir fikih dan dari haqiqah lahir tasawuf yang kemudian melahirkan tarekat Terakat Qidiriyayh wa Naqsabandiyah adalah salah satu aliran dalam tasawuf yang substansi ajarannya merupakan gabungan dari dua tarekat yaitu tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah. Secara keilmuan dari aqidah lahir ilmu aqa’id, ilmu tauhid, teologi Islam dan ilmu kalam, dari syari’ah lahir ilmu Fikih dengan segala cabangnya dan dari aspek haqiqah lahir ilmu tasawuf dan terekat. Imam al-Gazali biasanya menggunakan istilah tauhid, fikih dan tasawuf untuk memberikan padanan pada ketiga aspek aqidah, syari’ah dan haqiqah.
Arti dasar tarekat adalah jalan. Dan yang dimaksud adalah jalan yang harus dilalui oleh seorang salik untuk menuju pintu-pintu Tuhan. Secara keilmuan¸tarekat dapat dibedakan dari aqidah dan syari’ah tetapi dalam aplikasinya tarekat tidak dapat dipisahkan dari kedua aspek tersebut. Itulah sebabnya ada sementara pakar yang menyatakan bahwa tarekat sebenarnya merupakan inti ajaran Islam. Statemen terakhir tidaklah keliru kalau yang dimaksud adalah substansi ajaran tarekat. Imam Malik r.a. berkata sebagai dikutip oleh Imam Al Gazali : “barang siapa bertasawuf tanpa fikih maka dia zindik dan barang siapa berfikih tanpa tasawuf maka dia masih fasik dan barang siapa yang bersilam dengan memadukan antara fikih dan tasawuf benarlah dia dalam berislam”
Tarekan tidak dapat diamalkan sendiri tanpa syari’ah seperti halnya syari’ah tidak dapat diamalkan tanpa landasan aqidah, yang benar adalah aqidah sebagai landasan, ia bagaikan akar sebuah pohon, syari’ah laksana pohon dan ranting sementara haqiqah adalah buah dari metabolisme yang ada dalam sistem pohon tersebut.
Syari’at itu terkait dengan hakikat dan hakikat terkait dengan syari’at. Tiap tiap syari’at yang tidak dikuatkan dengan hakikat, tidak diterima. Dan tiap tiap hakikat yang tidak dibuktikan dengan syari’at pun tidak diterima. Syari’at itu mempersembahkan ibadah kepada Allah dan hakikat itu memperoleh musyahadah dari Nya. Ahli zahir adalah ahli syari’at sementara ahli batin adalah ahli hakikat. Jika terpilih kedua duanya maka merupaka ajaran Islam yang sebenarnya. Nabi s.a.w. bersabda : “syari’ah itu ucapan, Terakat itu perbuatan, Hakikat itu keadaan dan Ma’rifah itu modal pokok”
Secara etimologi TQN berasal dari dua istilah yakni Tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah. Secara eksplisit kedua tarekat ini dipadukan oleh seorang Maha Guru Tasawuf yaitu Syaikh Ahmad Khotib Sambas. Qodiriyyah adalah nama sebuah terekat yang dinisbahkan kepada pendirinya yaitu Sultan al-Auliya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani. Sementara Naqsyabandiyah adalah tarekat yang dinisbahkan kepada pendirinya yaitu Syaikh Bahaudin an-Naqsyabandi.
Perpaduan tersebutlah yang diyakini oleh Maha Guru Syaikh Ahmad Khotib Sambas bahwa kesempurnaan pengamalan tarekat ada dalam keterpaduan Tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah.
Tasawuf
Asal Usul Tasawuf.
Pertama, secara etimologi tasawuf diambil dari kata “suffah” yaitu sebuah tempat di masjid Rasulullah s.a.w. (masjid Nabawi) yang dihuni oleh sekelompok sahabat yang zuhud yang konsentrasi beribadah kepada Allah sambil menimba ilmu dari Rasulullah. Kedua¸tasawuf diambil dari kata “sifat” dengang alasan bahwa sufi para sufi suka membahas sifat-sifat Allah sekaligus mengaplikasikan sifat sifat Allah tersebut dalam perilaku mereka sehari hari sehingga sifat-sifat itu menjadi kepribadiannya. Ketiga, tasawuf berasal dari akar kata “süfah” artinya selembar bulu, sebab para sufi dihadapan Tuhannya merasa bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak mempunyai nilai apa-apa. Keempat, tasawuf diambil dari kata “shofia” yang artinya al-hikmah (bijaksana) sebab para sufi selalu mencari hikmah ilahiyah dalam kehidupannya. Kelima, sebagai yang dikemukakan oleh al-Busti seorang pakar tasawuf, menyatakan bahwa taswuf berasal dari akar kata “as-Safa” yang artinya suci, bersih dan murni, sebab para sufi membersihkan jiwanya hingga berada dalam kondisi suci dan bersih. Ada juga yang menyatakan bahwa tasawuf berasal dari akar kata “süf” yang artinya bulu domba (wool), dengan dasar argumentasi di masa silam para sufi selalu memakai pakaian wool kasar yang terbuat dari bulu binatang sebagai tanda kesederhanaan hidup mereka. Sikap asketis ini sebagai reaksi atas kehidupan mewah yang telah melanda dunia islam pada saat itu.
Diantara pendapat tentang asal usul “tasawuf” menurut Ahmad as-Sirbasi, pendapat al-Butsi lah yang paling kuat dan rajih, sebab kenyataannya tasawuf adalah upaya pensucian hati supaya dekat dengan Allah. Adapun pendapat Ibnu Khaldun bahwa “tasawuf” yang berasal dari akar kata “süf” yang berarti wool kasar adalah lebih kuat sebab kenyataannya pada waktu itu para sufi biasa memakai wool kasar sebagai tanda kesederhanaan.
Dilihat dari tujuannya, seperti telah disinggung diatas, tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati (tasfiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat melihat Tuhan (al Mari’fah). Bagaimana cara mensucikan hati, di dalam tasawuflah diterangkan teorinya.
Pengertian Tasawuf secara Terminologi.
Menurut Muhammad bin Ali al-Qasab, guru Imam Junaid al-Bagdadi, tasawuf adalah akhlak mulia yang nampak di zaman yang mulia dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia. Sedangkan menurut al-Junaid al-Bagdadi (w 297 H) tasawuf adalah : “engkau ada bersama Allah tanpa ‘alaqah (tanpa perantara)”
Dalam statemen yang lebih lengkap[ ia mengatakan “tasawuf adalah Allah mematikanmu, Allah menghidupkanmu dan kamu ada bersama Allah tanpa perantara”.
Syaikh Samnun al-Muhib (w.297 H) berkata tasawuf adalah : “engkau tidak memiliki sesuatu dan engkau tidak dimiliki oleh sesuatu”.
Usman al-Makki berpendapat bahwa tasawuf adalah keadaan dimana seorang hamba setiap waktu melakukan sesuatu perbuatan (amal) yang lebih baik dari waktu yang sebelumnya.
Sirii as-Saqoti (w.251 H) berkata : “tasawuf adalah suatu nama bagi tiga makna, yaitu Nur ma’rifat nya tidak memadamkan cahaya kewaro’annya, tidak berbicara tentang ilmu batin yang bertentangan dengan makna zahir al-Kitab atau sunnah, dan tidak terbawa oleh karomahnya untuk melanggar larangan Allah”
Sementara Bisr Ibn al-Haris (w.227 H) menyatakan : “orang sufi adalah orang yang telah suci bersih hatinya hanya bagi Allah”
Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, bagaimana cara-cara mensucikan jiwa dari berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah.
Obyek ilmu tasawuf adalah perbuatan hati dan panca indra ditinjau dari segi cara pensuciannya.
Buah ilmu tasawuf adalah terdidiknya hati dan mengetahui (ma’rifah) terhadap ilmu gaib secara ruhani, selamat di dunia dan bahagia di akhirat, dengan mendapat rido Allah, memperoleh kebahagiaan abadi, hati bersinar dan suci sehingga terbukalah kepada sufi tersebut perkara-perkara yang gaib dan dapat menyaksikan keadaan-keadaan yang mena’jubkan.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia karena berkaitan dengan ma’rifah kepada Allah Ta’ala dan mahabbah kepada-Nya Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak.
Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu yang lain. Bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang pokok dan syarat utama bagi disiplin ilmu yang lain, sebab tidak akan ada ilmu dan amal kecuali dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah. Jadi nisbah ilmu tasawuf terhadap ilmu yang lain bagaikan bisbah ruh dan jasad. Ilmu tasawuf adalah ruh, sementara ilmu yang lain adalah jasad. Jasad tidaklah dapat hidup tanpa ruh.
Pencipta ilmu tasawuf adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah mewahyukan ilmu ini kepada Rasulullah dan para Nabi yang sebelumnya. Tasawuf adalah ruh syari’ah dan ruh bagi agama-agama lain yang diturunkan Allah seluruhnya.
Ilmu tasawuf mempunyai beberapa nama, sebagai berikut : Ilmu Batin, Ilmu al-Qolbi, Ilmu Laduni, Ilmu Mukasyafah, Ilmu Asrar, Ilmu Maknun dan Ilmu Hakikat.
Sementara pilar ilmu tasawuf ada lima perkara : (1) Tawaqal (bertakwa kepada Allah) baik sewaktu sirr maupun ‘alaniyah (terbuka); (2) Mengikuti sunnah baik qauli maupun fi’il serta mengaktualisasikannya dalam penjagaan diri dan akhlak yang baik; (3) Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dengan sikap sabar dan tawaqal; (4) Rido kepada ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap qona’ah dan menerima (tafwid); (5) Kembali kepada Allah baik dikala senang maupun di waktu susah.
Sumber Ilmu Tasawuf. Ilmu tasawuf diambil dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw, juga dari ãtsãr assãbitah (jejak yang sudah tetap) dari umat-umat pilihan di masa lampau.
Hukum mempelajari ilmu tasawuf adalah wajib ain artinya kewajiban yang mengikat kepada setiap individu muslim, sebab setiap orang tidak akan lepas dari kekurangan-kekurangan dan kemungkinan terkenan penyakit hati kecuali para Nabi.Oleh karena itu sebagian ulama ahli ma’rifah berkata : “barang siapa yang tidak memiliki ilmu ini sedikitpun (ilmu batin), aku khawatir ia berakhir dengan su’ul khãtimah. Paling tidak seorang mukmin harus membenarkan akan ilmu ini dan menyerahkan kepada ahlinya”.
Lebih jauh Syaikh as-Syazili menyatakan : “barang siapa yang tidak mau tenggelam dalam ilmu kami ini maka ia mati dalam keadaan berdosa besar tapi ia tidak merasa kalau ia berdosa.
Masalah inti yang dibahas di dalam ilmu tasawuf adalah sifat-sifat jiwa manusia, cara-cara pensucian jiwa, dan penjelasan istilah-istilah yang khas dalam disiplin ilmu ini misalnya maqamat, taubat, zuhud, wara’, al-mahabah, fana, baqo dan yang lainnya. Demikian juga masalah ahwal seperti al-khauf wa arraja, al-uns, ar-rida, al-hub (al-mahabbah), an-Naqa dan lain lain.
Al-Kalabazi dengan mengutip pendapat Abu al_hasan Muhammad bib Ahmad al_Farisi menerangkan bahwa rukun tasawuf ada sepuluh macam. Kesepuluh rukun tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tajrid al_Tauhid (memurnikan tauhid).
2. Memahami infomasi. Maksudnya mendengar tingkah laku  bukan hanya mendengar ilmu saja.
3. Baik dalam pergaulan
4. Mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri.
5. Meninggalkan banyak pilihan
6. Ada keseimbangan antara pemenuhan kepentingan lahir dan batin
7. Membuka jiwa terhadap intuisi (ilham1)
8. Banyak melakukan bepergian untuk mmenyaksikan alam ciptaan Tuhan sekaligus mengambil pelajaran
9. Meninggalkan iktisãb untuk menumbuhkan Tawaqal
10. Meninggalkan iddikhãr (banyak simpanan) dalam keadaan tertentu kecuali dalam rangka mencari ilmu.

Selasa, 31 Januari 2012

Syeikh Ahmad Khotib Syambas

Syech Ahmad Khatib Sambas dilahirkan di Sambas, Kalimantan Barat, Beliau memutuskan untuk pergi menetap di Makkah pada permulaan abad ke-19, sampai beliau wafat pada tahun 1875. Diantara guru beliau adalah; Syaikh Daud ibn Abdullah al-Fatani, seorang syekh terkenal yang berdomisili di Makkah, Syaikh Muhammad Arshad al-Banjari, dan Syekh Abd al-Samad al-Palimbani. Menurut Naquib al-Attas, Khatib Sambas adalah Syaikh Qadiriyyah dan Naqshabandiyyah. Hurgronje menyebutkan bahwa Beliau adalah salah satu guru dari Syaikh Nawawi al-Bantani, yang mahir dalam berbagai disiplin ilmu Islam.
Zamakhsari Dhafir menyatakan bahwa peranan penting Syaikh Sambas adalah melahirkan syaikh-syaikh Jawa ternama dan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia dan Malaysia pada pertengahan abad ke-19.
Kunci kesuksesan Syaikh Sambas ini adalah bahwa beliau bekerja sebagai fath al-Arifin, dengan mempraktekkan ajaran sufi di Malaysia yaitu dengan bay'a, zikir, muraqabah, silsilah, yang dikemas dalam Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah.

Gambaran Disiplin Ilmu Syaikh Sambas

Masyarakat Jawa dan Madura, mengetahui disiplin ilmu Syaikh Sambas melalui ajaran-ajarannya setelah beliau kembali dari Makkah. Dikatakan bahwa Syaikh Sambas merupakan Ulama yang sangat berpengaruh, dan juga banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka dalam bidang fiqh dan tafsir, diantaranya Syaikh Abd al-Karim Banten. Abd al-Karim terkenal sebagai Sulthan al-Syaikh, beliau menentang keras imperialisme Belanda pada tahun 1888 dan kemudian meninggalkan Banten menuju Makkah untuk menggantikan Syaikh Sambas.
Sebagian besar penulis Eropa membuat catatan salah, mereka menyatakan bahwa sebagian besar Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut Sufi. Hal terpenting yang perlu ditekankan adalah bahwa Syaikh Sambas adalah sebagai seorang Ulama, dimana tuduhan penulis Eopa tersebut tidak tepat ditujukan kepada beliau. Syaikh Sambas dalam mengajarkan disiplin ilmu Islam bekerja sama dengan syaikh-syaikh besar lainnya yang bukan pengikut thariqat seperti Syaikh Tolhah dari Cirebon, dan Syaikh Ahmad Hasbullah ibn Muhammad dari Madura, dimana mereka berdua pernah menetap di Makkah.
Thariqat Qadiriyyah wa Naqsabhandiyyah menarik perhatian sebagian masyarakat muslim Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan pada akhir abad ke-19 Thariqat ini menjadi sangat terkenal. Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah tersebar luas melalui Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalaam.
Periode Setelah Syaikh Sambas
Pada tahun 1970, ada 4 tempat penting sebagai pusat Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah di pulau Jawa yaitu: Rejoso (Jombang) di bawah bimbingan Syaikh Romli Tamim, Mranggen (Semarang) di bawah bimbingan Syaikh Muslih, Suryalaya (Tasikmalaya) di bawah bimbingan Syaikh Ahmad Sahih al-Wafa Tajul Arifin (Mbah Anom), dan Pagentongan (Bogor) di bawah bimbingan Syaikh Thohir Falak. Rejoso mewakili garis aliran Ahmad Hasbullah, Suryalaya mewakili garis aliran Syaikh Tolhah dan yang lainnya mewakili garis aliran Syaikh Abd al-Karim Banten dan penggantinya.
Pada prakteknya, ajaran Thariqat disampaikan melalui ceramah umum di masjid atau majelis ta'lim di rumah salah satu anggota Thariqat. Sehingga tidak mengagetkan jika selama masa ceramah umum, tidak ada materi yang terekam dengan cermat. Bagaimanapun juga, di bawah bimbingan Mbah Anom, mempunyai kontribusi yang besar, dimana ajaran thariqat dibukukan dalam sebuah kitab berjudul Miftah ash-Shudur. Tujuan dari kitab ini adalah untuk mengajarkan teori dan praktek Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah sebagai usaha mencapai kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Hasil usahanya yang lain terkemas dalam kitab Uqud al-Juman, al-Akhlaq al-Karimah, dan buku Ibadah sebagai Metode Pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Kenakalan Remaja.
Peranan Thariqat dalam Reformasi Sosial
Maulana Syaikh Muhammad Nazim Adil telah menjelaskan bahwa setelah terorisme, permasalahan terbesar umat manusia kedua adalah penyalahgunaan narkotika oleh generasi muda (The Muslim Magezine, Spring 1999). Permasalahan sosial ini bukan hanya dialami oleh bangsa Barat, tetapi juga menimpa kalangan generasi muda seluruh dunia. Walaupun jumlah korban narkoba di negara-negara Asia tidak sebesar di Barat, tetapi permasalahan ini menarik perhatian yang sangat serius bagi Mbah Anom untuk mendirikan Pondok Inabah, pusat rehabilitasi korban narkoba dengan dzikir sebagai obatnya. Metodologi Mbah Anom didasarkan pada hasil pengalaman spiritual beliau sebagai seorang sufi dan kepercayaannya bahwa dzikrullah mengandung pencahayaan/penerangan, karakter khusus dan rahasia yang dapat mengobati muslim yang mempercayainya. Hal ini didasarkan pada firman Allah: "Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingatmu". Jasa dan keuntungan dari dzikir di Pondok Pesantren Suryalaya dapat dirasakan oleh sebagian masyarakat yang telah pergi berobat ke sana.
Penelitian terhadap metodologi Mbah Anom pernah dilakukan oleh DR. Emo Kastomo pada tahun 1989. Dia melakukan evaluasi secara random terhadap 5.929 orang pasien di 10 Pondok Inabah. Dan hasilnya, 5.426 orang sembuh, 212 orang dalam proses menuju sembuh, dan 7 orang pasien meninggal dunia.
Peranan Thariqat dalam Politik
Ada tiga keikutsertaan pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah dalam usaha mancapai Indonesia merdeka, yaitu:
Pertama, keikutsertaan para syaikh dan haji di Banten pada revolusi Juli 1888. Dilaporkan bahwa Syaikh Abd al-Karim Banten tidak tertarik dengan akivitas politik, namun penggantinya Haji Marzuki lebih berpikiran reformis dan sangat anti Belanda. Walaupun Thariqat tidak memimpin dalam revolusi, tetapi Belanda khawatir dengan pengaruhnya, dan sebagian besar diantara mereka meyakini bahwa secara umum pengikut sufi khususnya Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah merupakan organisasi yang mempunyai tujuan untuk mengalahkan kekuatan kolonial.

Kedua, perlawanan yang dilakukan oleh suku Sasak, pengikut Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah Syaikh Guru Bangkol. Belanda mempertimbangkan bahwa Thariqat merupakan faktor terpenting timbulnya pemberontakan-pemberontakan. Walaupun penasehat Pemerintah Belanda Snouck Hurgrounje memberikan masukan bahwa terlalu berlebihan untuk menilai Thariqat sebagai usaha politik untuk melawan Belanda, pendapatnya tersebut tidak dindahkan sampai muncul Syarikat Islam, sebuah organisasi politik yang berdiri pada tahun 1911.
Ketiga, sekarang di Jawa ada tiga cabang terbesar Thariqat Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah yaitu Rejoso, Mranggen, dan Suryalaya, masing-masing memberikan dukungan terhadap partai-partai politik, dimana beberapa diantara mereka terlibat aktif dalam partai politik.
Gambaran Thariqat di Indonesia Sekarang
Pada tahun 1957, Jam'iyyah Ahl Thariqah Mu'tabarah didirikan oleh Nahdlatul Ulama, yang pada saat itu juga berbentuk partai. Tujuannya adalah untuk menyatukan semua kekuatan Thariqat dan memelihara silsila yang dimulai dari Nabi Muhammad Saw.. Jam'iyyah ini memelihara dan mengajarkan ajaran tasawuf dari 45 kekuatan Thariqat yang pernah ada pada tahun 1975. Syaikh Mustain Romly dari Rejoso diangkat sebagai pimpinan Jam'iyyah ini. Pada tahun 1979, ketika Syaikh Mustain Romli merubah afiliansinya dari Partai Persatuan Pembangunan ke GOLKAR, para Ulama mendirikan Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al-Nahdliyyah, Pimpinan Jam'iyyah ini adalah Syaikh Haji DR. Idham Kholid, dimana pada saat itu pernah menyambut kedatangan Syaikh Muhammad Hisham Kabbani pada bulan Desember 1977

Tarekat Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah

Pendiri jelas tarekat ini baru - atau setidaknya orang pertama yang menyebarkannya di antara Indonesia - mistik Indonesia adalah Ahmad Khatib al-Sambasi, yang berasal dari Sambas di Kalimantan Barat tetapi tinggal dan mengajar di Mekah pada pertengahan abad ke-19. Dia memulai banyak sesama Asia Tenggara dalam tarekat, yang segera menggantikan Sammaniyah sebagai persaudaraan yang paling populer di Nusantara. Inti dari ajarannya - instruksi untuk berbagai ritual dan teknik meditasi - dibaringkan di sebuah buku kecil sederhana berjudul Fath Malay al-`arifin, yang disunting oleh seorang murid terpercaya. [5]

Ahmad Khatib menunjuk dan mengangkat beberapa khalifah, wakil, di antaranya yang paling dihormati dan paling terkenal adalah Abdul Karim dari Banten, yang berhasil pimpinan tertinggi persaudaraan setelah kematian master, sekitar 1878. Abdul Karim sering disebutkan dalam literatur kolonial, terutama di connnection dengan pemberontakan Banten 1888, di mana banyak pengikut tarekat yang terlibat. Ada dalam waktu beberapa khalifah dari tarekat yang sama di Mekah, dan beberapa di berbagai bagian Nusantara. Tidak ada catatan tertulis tampaknya telah tetap dari khalifah yang Ahmad Khatib dan Abdul Karim ditunjuk, dan hanya secara kebetulan yang kita tahu nama beberapa dari mereka. Hampir semua khalifah Indonesia saat ini - Saya menyadari hanya satu pengecualian - jejak nenek moyang rohani mereka baik melalui Syaikh Abdul Karim atau melalui salah satu dari dua sezaman, Syaikh Tolhah dari Cirebon atau Madura Kiai Ahmad Hasbullah bin Muhammad. The tarekat saat ini terdiri sekitar dari tiga cabang, berafiliasi dengan ketiga deputi Ahmad Khatib. [6] Abdul Karim, bagaimanapun, selama hidupnya diakui sebagai kepala pusat tarekat oleh semua khalifah lain dan pengikut - dengan satu perkecualian, Madura itu. Konsul Belanda di Jeddah tahun 1888 melaporkan bahwa Syaikh Abdul Karim pada umumnya diakui sebagai otoritas tertinggi, 'kecuali oleh orang Madura, yang telah Syaikh sendiri dalam pribadi dari Abdoelmoeti Madura (`Abd al-Mu` thi), yang juga tinggal di Mekah. " [7]

Pada akhir abad ke-19, oleh karena itu, Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Madura pengikutnya sudah cukup untuk diperhatikan oleh pengamat resmi Belanda. kesetiaan primordial yang kuat, apalagi, menyebabkan pengikut tarekat Madura ini untuk mengorganisir diri secara terpisah, di bawah sesama Syaikh Madura. Ada ternyata bahkan dua khalifah Madura dari Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Mekah, yang lainnya adalah kata Ahmad Hasbullah. yang terakhir keturunan rohani ngotot-nya yang merupakan penduduk Mekah dan khalifah langsung Ahmad Khatib, tetapi inkonsistensi tertentu menunjukkan bahwa ia mungkin sebenarnya telah milik generasi muda. [8]

Satu-satunya Madura guru tarekat ini tentang dia kami memiliki lebih sedikit informasi adalah mereka yang berafiliasi dengan pesantren dari Rejoso di Jombang (Jawa Timur). pesantren ini telah dibangun sekitar abad oleh Kiai Madura Tamim, yang berasal dari Bangkalan. Ketika anaknya-di-hukum dan pengganti pertama sebagai kepala pesantren, Muhammad Kholil alias Juremi, [10] berziarah, di awal abad 20, ia bertemu dengan Ahmad Hasbullah bin Muhammad, yang memulai dia ke Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan membuatnya khalifah-Nya. Sejak itu Rejoso telah secara bertahap semakin penting sebagai pusat tarekat tersebut. Menjelang akhir hidupnya, Kholil lulus mantel untuk nya adik ipar Romly bin Tamim, seorang putra pendiri pesantren. Kiai Romly, yang sebelumnya cukup menunjukkan sikap skeptis terhadap tarekat itu, menjadi sangat efektif dan menarik propagator murid dari seluruh Jawa Timur dan Madura. Pada saat kematiannya pada tahun 1958 jumlah mereka puluhan ribu, kebanyakan dari mereka orang Jawa, lebih kecil tetapi masih jumlah besar adalah orang Madura.

Dalam rangka mengawasi ini berikut besar, Kiai Romly membentuk jaringan deputi lokal, yang dikenal sebagai badal. Para badal berwenang untuk memberikan instruksi dasar untuk para pengikut tarekat dan untuk memimpin pertemuan dzikir rutin, tapi tidak seperti khalifah, mereka tidak diperbolehkan untuk memulai murid baru. Tidak jelas apakah benar-benar berwenang Kiai Romly setiap khalifah untuk memulai pengikut baru atau apakah semua harus mengambil inisiasi pertama mereka dari Romly sendiri. Setelah kematiannya, Namun, dua murid favoritnya bertindak sebagai syaikhs di kanan mereka sendiri dan bersaing dengan putranya Musta'in Romly untuk suksesi: Kiai Usman bin Nadi al-Ishaqi di distrik Sawahpulo Surabaya dan Kiai Ma'shum dari Tanggulangin (Sidoarjo). Yang terakhir meninggal dua tahun kemudian, tetapi Kiai Usman secara bertahap memperkuat posisinya sebagai guru terkemuka tarekat tersebut. Kiai Musta'in, yang belum menerima pelatihan yang cukup dalam tarekat dari ayahnya, harus mengakui superioritas Usman's Kiai dengan menerima bimbingan nantinya untuk jangka waktu terbatas. Kemudian Kiai Musta'in, yang memiliki manfaat keturunan nya, membentuk posisi perusahaan untuk dirinya sendiri, tetapi ia tidak pernah sepenuhnya menaungi Kiai Usman. Kedua tampaknya telah mencapai pemahaman dimana mereka pengikut tarekat dibagi di antara mereka sendiri lebih atau kurang sepanjang garis geografis. Sejumlah tertentu persaingan tampaknya tetap, namun ini mungkin lebih disebabkan oleh pengikut daripada para guru sendiri. [11]

Kedua Musta'in Romly dan Usman Al-Ishaqi telah mencurahkan pengikut dan badal di antara orang Madura (keduanya keturunan Madura sendiri, meskipun berbahasa Jawa). Selama 1960 Kiai Usman yang juga memiliki khalifah atau badal di Pulau Bawean, yang budaya yang berhubungan dengan Madura. Empat desa di sana, sebagai Vredenbregt diamati (1968:44), mempraktikkan Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di bawah kepemimpinan khalifah ini, sementara kiai lain di pulau itu sangat menentang tarekat tersebut. Jika memungkinkan, para pengikut tarekat pulau akan mengunjungi Kiai Usman di Surabaya pada kesempatan pembacaan bulanan dari manaqib dari Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. [12