Jumat, 27 Januari 2012

Wahyu Langsung Buat Ali

Suatu hari ketika 'Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang
musuhnya  patah  dan  orangnya  terjatuh. 'Ali berdiri di atas
musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia
berkata,  "Jika  pedangmu  berada  di  tanganmu, maka aku akan
lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah,  maka
aku tidak boleh menyerangmu."

"Kalau   aku  punya  pedang  saat  ini,  aku  akan  memutuskan
tangan-tanganmu dan kaki-kakimu," orang itu berteriak balik.

"Baiklah  kalau  begitu,"  jawab  'Ali,  dan  dia  menyerahkan
pedangnya ke tangan orang itu.

"Apa  yang  sedang kamu lakukan", tanya orang itu kebingungan.
"Bukankah saya ini musuhmu?"

Ali memandang tepat di matanya dan  berkata,  "Kamu  bersumpah
kalau  memiliki  sebuah  pedang  di  tanganmu,  maka kamu akan
membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena  itu
majulah  dan  seranglah  aku".  Tetapi  orang itu tidak mampu.
"Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata," jelas 'Ali.
"Di  dalam  agama  Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan
antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang  yang  sebenarnya
adalah  antara  kebenaran  dan  kekurangan  kebijakanmu. Yaitu
antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang  menyaksikan
pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam    keadaan    seperti    ini,     maka     aku     harus
mempertanggungjawabkannya   pada   hari   kiamat.  Allah  akan
mempertanyakan hal ini kepadaku."

"Inikah cara Islam?" Orang itu bertanya.

"Ya," jawab 'Ali, "Ini adalah firman  Allah,  yang  Mahakuasa,
dan Sang Unik."

Dengan  segera,  orang  itu bersujud di kaki 'Ali dan memohon,
"Ajarkan aku syahadat."

Dan 'Ali pun mengajarkannya,  "Tiada  tuhan  melainkan  Allah.
Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah."

Hal  yang  sama  terjadi  pada  pertempuran  berikutnya.  'Ali
menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di  atas  dada  orang
itu  dan  menempelkan  pedangnya  ke  leher  orang itu. Tetapi
sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

"Mengapa kamu tidak membunuh aku?" Orang itu berteriak  dengan
marah. "Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?,'
Dan dia meludahi muka 'Ali.

Mulanya 'Ali menjadi marah,  tetapi  kemudian  dia  mengangkat
kakinya  dari dada orang itu dan menarik pedangnya. "Aku bukan
musuhmu",  Ali  menjawab.  "Musuh   yang   sebenarnya   adalah
sifat-sifat  buruk  yang  ada  dalam  diri kita. Engkau adalah
saudaraku,  tetapi  engkau  meludahi  mukaku.  Ketika   engkau
meludahi   aku,   aku  menjadi  marah  dan  keangkuhan  datang
kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu,  maka
aku  akan  menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku
akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk
itu  akan  terekam  atas  namaku.  Itulah  sebabnya  aku tidak
membunuhmu."

"Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?" orang
itu bertanya.

"Tidak.  Pertempuran  adalah  antara kearifan dan kesombongan.
Antara kebenaran dan kepalsuan". 'Ali  menjelaskan  kepadanya.
"Meskipun   engkau  telah  meludahiku,  dan  mendesakku  untuk
membunuhmu, aku tak boleh."

"Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?"

"Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam."

Dengan segera orang itu tersungkur di kaki 'Ali dan  dia  juga
diajari dua kalimat syahadat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar